Senin, 06 April 2009

Orang penting, Tidak penting….Kurang Penting

By AK Fahmi


Pernahkah saudara merasakan sebal luar biasa kedatangan seseorang dalam hidupmu, mengambil waktu dan bahkan perasaan dan pikiranmu. Semisal...siang-siang sedang enak istirahat, sekaitar jam satu hingga tengah tiga. Pulang dari kantor ato pekerjaan. Terketuklah pintu dengan ucapan bel, ”Assalamu alaikum” otomatis dari bel rigning yang tentu menurut saya gak wajib dijawab.
Lha, orang itu tidak kita kenal....bahkan sama sekali asing. Biasanya keperluannya cari sumbangan. Masya Allah. Dah ganggu waktu istirahat, minta sumbangan lagi!!!
Mbok yao, kalo datang jangan siang-siang begini. Kategori minta sumbangan termausk pengamen tak tahu diri. Dah begitu, lagunya gak jelas lagi.
Mmenag di zaman globalisasi ala ”kadal” ini semua serba terbalik. Orang yang waras bisa jadi gak waras. Ata s nama kebebasan, hak privat akan ”terudal-udal”. Belummlagi mereka gak memilki persaan, asal main pejet bel aja. Padahal kalo anak saya lagi tidur kan jadi bangun. Padahal membuat anak tertidur, juga butuh kesabaran....pengennya ta jotos saja.
Lalu, penting dan tidak penting ato kurang pentingnya dimana?...............
Inilah sifat dasar manusia yang dalam dirinya tertanam mengutamakan diri sendiri dan jelas tidak mau diganggu waktu dan persaaanya. Disanalah berlaku hukum penting atau tidak penting.
Bisa jadi, kalo siang-siang yang datang orang hendak menawarkan pekerjaan yang oke dan memberi keuntungan yang bagus buat kita, tentu hati kita akan mengaggap itu penting.
Ataupun jikalau tidak memeeri keuntungan secara materi, jikalau yang datang mengetuk dan mengambil waktu dan perasaan kita, seoarang shahabat dekat yang lama tidak bersua, mungkin juga akan kita prioritaskan.
Untuk itulah, saya mencoba ketika datang menemui seseorang akan mencoba confirm dulu. Aapakah kehadiran saya comfort dan available gak baginya....mungkin gak sesaklek itu jika yang aku datangi beberapa kawan yang sudah saya kenal baik. Ya jelas ini diskriminasi, akan tetapi pengalaman saya di pesantren. Jam 10 malam, mau tidur kedatangan tamu yang macam-macam motifnya, dari yang nagajak ngobrol ngalor – ngidul hingga ujung-ujungnya utang. Dan semua bukan kategori mahluk ring pertama yang boleh mengambil waktu dan perasaan kita. Karena memang berposisi sebagai ”orang masyarakat” ya kudu dihadapi. Cuma maaf-maaf saja, hati memang tidak bisa berbohong. Sebab saya merasa jangankan korban harta, waktu saya yang diambil dia dnegan ngobrol tidak jelas, ngerasani sana, ngerasani sini itu jelas gak memeberi manfaat bagi saya.
Tapi itulah menjadi orang masyarakat harus siap melayani ”kegelisahan sosial” semacam itu. Dan saya samapai sekarang merasa belum mampu menjaga hati saya ikhlas mendengarkan dan memeberi ruang dan waktu, apalagi harta kita pada orang-orang tidak jelas itu.
Ada juga sih beberapa orang atau kelompok islam tertentu yang memang rigid dalam menerapkan aturan ini. Bertemu seseoarang ya harus jelas tujuannya, waktunya dan pencapiaannya. Dan kalo mungkin orang tersebut kita pengaruhi ideologi, pemahaman agama, hingga manhajul fikrnya. Dan kalo mungkin diluruskan belak-belok hidupnya. Jika tidak jelas, ukurannya maka sama saja kita tidak menghormati waktu kita.
Ya, orang boleh-boleh saja memilki visi dan missi dalam hidup yang kemudian diaplikaskan hingga detik per detik. Bahkan sesuai tuntunan dibuatlah ”life time chart” dalam waktu 10 tahunan hingga satu mingguan apa yang harus dikerjkannaya siang nanti. Aapa pencapaian secara materi, intelektual dan rohani. Berapa kawan yang harus disambangi dan pean-pesan apa yang harus sampai kepada mereka.
Saya sangat setuju dengan hal ini. Ini membuat kita memilki ”guidance” atau arahan bagaiamna setiap hari kita mencoba mengarahkan hidup kita. Sebagaiamna Islam mengajarkan, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua terencana. Tingga kita mekilki renacana ato tidak. Aakan tetapi ketika berinteraksi dnegan masyarakat yang bermacam-macam motif, sikap hidup, pengalaman, profesi, pola pikir dan juga cita rasa masing maisng orang, belkum lagi kadang semakin bodoh atau jahil seseorang kadang mereka seringkali ”neranyak” minta dihormati lebih. Inilah sussahnya....
Seedangkan jika orang itu benar- benar berkualitas, baik secara pengalaman hidup, intelektual hingga pengabdiannya pada masyarakat, biasanya mereka memilki jiwa yang luas.
Saya beberapa kali bertabrakan dnegan orang jahil yang sebenarnya maaf di masyarakat dia rata-rata orang trouble makers, istilahnya nyebeli... dan mungkin kharakter bawaan saya pantang direndahkan atau sorry lah yau berhormat-berhormat orang yang tidak mengenal dirinya, mengenal kejahilannya, saya tidak peduli.
Akan tetapi dnegan beberapa orang yang secara kualitas keilmuan, pengabdian ataupun prestasi cukup meyakinkan di masayarakat, mereka rata-rata orang yang enak diajak ngobrol, perhatian dan ketemu d negan mereka seakan ada dorongan untuk mensyukuri hidup.
Tentu klasifikasi orang-orang ini tidak sekedar dia orang yang suka di mesjid...tidak! Tidak mesti. Bahkan mungkijn juga ada orang yang ”alim” dan taat beribadah ya tidak kurang jahilnya....jahil pada agamanya, pada manusia dan juga pada diri mereka sendiri. Menggangap diri dan pemhaman kelompoknya paling benar, paling mengikuti sunnah Nabi dst.
Ya...memang cari manusia sempurna gak ada....dan kita juga harus encoba menerima manusia dnegan segenap potensi dan kelmehan kharakter dan pembawaannya....Akan tetap semua ada guidancenya....Saya yakin agam kita, Islam telah memberi guidance..
Dan sebaliknya untuk diri kita sendiri, memnag untuk dapat diterima seluruhnya dari aspek kepribadian kita oleh orang lain, secar a utuh juga tidak mungkin. Ada kalnaya dan pasti ada...hal-hal yang tidak bisa kita pahami dari sisi kepribadian kita yang kadang kurang dari sisi kepribadian yang bisa diterima orang secara umum, apalagi jiika disamakan dnegan kepribadian Rasul Saw. ...Ya, bahkan diri kita sendiri kadang tak mampu mehami mengapa ya kok aku seperti ini, ketika menghadapi situasi tertentu....akan tetapi itulah Islam.
Sebagaiamna ada berbagai macam kharakter Shahabat, Abu Bakar yang lembut dan berwibawa, Umar yang Keras dan zuhud, Usman yang pragmatis dan lembut dan Ali yang Intelek namun tidak pragmatis dalam politik, Khalid bin Walid yang tanpa kompromi di medan perang....dst...dst. Bahkan Mungkin saja sosok Muawiyah yang kita kenal dengan sejarah kelicikan politiknya ketiak mengahdapi Ali, itu adalah potensi. Tersewrah kepada Allah saja yang memebri keputusan. Seorang Muawiyah adalah Sahabat yang meriwayatkan hadits...tentu kita juga bukan apa-apa. Cuma sayangnya kelicinan politiknya bersama Amr Bin Ash yang kadang jadi rujukan para aktifis Islam kita. Ini yang gak benar. Bukan jasanya meriwayatkan hadits, meluaskan daulah Islamiyah dan kemmapuannya bediplomasi dan mendengarkan kritikan yang paling pedas sekalipun, seperti ketika mendnegrakan kritikan Abi Dzar al-ghifari yang harusnya diteladani juga.
Bercerita tentang sejarah persitiwa Tahkim atau saat perundingan antara Muawiyah dan Ali di Damaitul Jandal memenga menarik...Dan saya yakin ini juga bukan berarti pihak Ali itu bodoh. Tapi itulah takdir politik Umat Islam. Apakah itu berkah atau musibah, Allah saja yang Maha Tahu....
Lho kok jadi melenceng jauh.......
Saya hanya membayangkan, apa iyya calon-calon pemimpin kita (yang DPR atau presiden), yang Hmi ato Non HMI. Yang muda atau tua...Mam,pukah menggeser paradigma orang penting—orang tidak penting—atau orang kurang penting secara baik ketika bertemu masyakat dengan latar berbagai macam dan ragam. Dan kadang mereka menuntut hak-hak kita yang paling asasi, pengen tahu urusan, bahkan maaf urusan ranjang kita. Ini khan kebnagetan banget..jika seoarang pemimpin taunya hanya beres..perentah sana, perentah sini...Dan yang paling nyebelin kadang mengorbankan anak buah.
Dan kita semua juga bukan mansuian yang super, seperti istilhanya mario teguh. Kita juga pengen dihargai waktu, perasan dan kelemhan kita. Dan orang lain, apalagi yang tidak sepkatd negan kita pasti kerjanya cari masalah.....
Dan, hal yang paling sederhana ketika menjadi pemimpin, di semua level appaun, mampu mendnegarkan, membuat orang lain merasa penting dihadapannya dan memeberi orang dnegan takaranya masing-maisng.
Sesempurna itukah....? Jawabnya: YA!!
Lalu diamnahak diri kita. Untuk itulah saya memahami dunia kepemimpinan itu selain perencanaann matang seoarang mansuia, semua harsu diawali dari rasa Taqwa pada Allah dan ujungnya adalah tawakal. Kita tidak mungkin memuaskan semaua manusia. Dan, hanya kepada Allah saja bertawakal....minta pertolongan untuk dimampukan dan dimudahkan semua urusan kita
Isy Kariman au Mut Syahidan....itulah balasannya. Surga.
Wallahu alam Bisshowab

Ditulis
Di gang sumbing 3 bumirejo kebumen...
925 21/03/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar